SEJARAH PANJANG PEJUANG HOOLIGAN

SEJARAH PANJANG PEJUANG HOOLIGANS (SEPI ING PAMRIH RAME ING GAWE KAGEM PSIM JOGJA)

Berdiri sekitar tahun 1998, berawal dari pembicaraan rekan-rekan di Gayam setelah menonton pertandingan di Solo yang pada saat itu PSIM melawan Arseto Solo di Stadion Sriwedari.
Pada saat itu sebagian rekan-rekan dari Gayam dan para pendukung PSIM mendapat perlakuan tidak baik dari supporter Arseto Solo di stadion Sriwedari dan kejadian tersebut di perparah dengan pecah nya kaca mobil milik orang penting di kartosuro oleh suporter jogja, sehingga dalam perjalanan pulang suporter itu di belokan di suatu tempat di kartosuro yang tidak perlu di sebutkan disini, Kejadian di Std Sriwedari itu membuat teman - teman yang ikut dalam pertandingan itu sepakat untuk membuat Laskar Pendukung PSIM yang solid dan lebih modern. Maka 1998 lahirlah “HOOLIGANS” yang merupakan symbol perlawanan terhadap Arseto dan Suporter Arseto Solo. Dalam masa perkembangan selama 10 tahun ini, kita sudah eksis untuk mendukung PSIM secara total apapun yang terjadi “Dengan Darah, keringat dan air mata kami dukung PSIM”. (MET BLOED, ZWEET EN TRAANEN)
Pada tahun tahun pertama dan dalam perjalanan berdirinya Hooligans, PSIM pada saat itu masih di divisi utama menjalani pertandingan terkhir melawan Pelita solo, kala itu Pelita Solo membawa puluhan ribu orang yang tergabung dalam PASOEPATI Solo, dan terkenal dengan istilah " SOLO MEMERAHKAN MANDALA " yang menjadi kebanggan orang solo dan PASOEPATI sampai detik ini *shit* , karena Dendam Kesumat beberapa tahun yang lalu saat PSIM vs Arseto Solo belum terhapus, dengan energi kemarahan puluhan orang Gayam yang suka maupun tidak suka dunia bola di bantu ribuan orang dari berbagai laskar ikut menonton dengan alasan ingin membalas perlakuan bejat orang solo di Sriwedari, dan terjadilah insiden Jogja Kelabu, 2 jam sebelum pertandingan situasi memang mencekam di dalam dan di luar stadion mandala krida, sebelum pertandingan di mulai aksi lempar batu, dan pelemparan bom molotov dari luar stadion pun terjadi, pertandingan kala itu hanya berjalan 15 menit, karena situasi yang kurang kondusif, setelah pertandingan di hentikan pun chaos masih terjadi, di tandai dengan di rusak nya seluruh kendaraan PLAT AD yang berada di Jogja! dan itu mengakibatkan Pasoepati tertahan di dalam stadion sampe 5 jam, dan membuat hubungan JoGJa - Solo tidak harmonis sampai sekarang.
Pada tahun kedua dimana mulai banyak bermunculan Laskar pendukung PSIM, kita sudah mengadakan tour ke Bogor dan itu merupakan tour pertama Hooligans untuk mendukung PSIM.
Pada tahun ketiga PSIM yang terdegradasi ke divisi satu membuat Hooligans tidak patah semangat dalam mendukung PSIM, dan dalam suatu waktu laskar “Hooligans” Gayam diminta tolong untuk mendukung PSS Sleman Remaja di Stadion Tridadi oleh orang yang nantinya mendirikan Slemania, ia dulunya adalah pandemen PSIM yang tergabung dalam PTLM (Paguyuban Tresno Laskar Mataram), akan tetapi perlakuan sebagian warga Sleman dilapangan dengan mengejek kami, mencaci kami dan mempersulit kami dalam mencari tempat parkir sepeda motor, Padahal pada saat itu kami datang karena di undang oleh pihak suporter sleman yaitu Laskar Bledek Ijo yang beberapa waktu sebelumnya bernama Laskar Kalasan yang pernah menjadi Punggawa PTLM, Karena kejadian itulah yang membuat kami “Hooligans” sangat anti pati dan sangat membenci kepada Slemania sampai sekarang dan entah sampai kapan,
Pada tahun keempat “Hooligans” tetap mendukung PSIM yang masih bertahan di divisi satu dan sekali lagi kami mengadakan Tour.
Tahun kelima lahirlah “Brajamusti” di Gayam tepatnya di Balai Mangkukusuman (Markas Hooligans), Laskar Hooligans bersama laskar-laskar lainnya seperti Baju Barat, Mataram Grassroot, Dakota, Mataram United, dll telah menjadi embrio pembentukan wadah suporter Brajamusti wadah suporter PSIM.. Diawali pertemuan laskar-laskar suporter PSIM di wilayah laskar Mataram grassrot dilanjutkan di laskar Dakota dan pertemuan terakhir di Balai Kampung Mangkukusuman di tempat markas laskar Hooligans yang diikuti 21 perwakilan laskar-laskar PSIM Jogja sepakat untuk membuat wadah organisasi supporter PSIM melalui sayembara di KR yang diikuti oleh seluruh masyarakat Jogja dan sekitarnya.
Seiring waktu dengan selesainya sayembara maka pemenangnya disepakati wadah supporter baru bernama “BRAJAMUSTI” atau Brayat Jogja Mataram Utama Sejati. Dan presiden pertama Brajamusti yang terpilih secara aklamasi yaitu H.Guntur Artamadji dari ketua laskar Hooligans. Peran besar laskar Hooligans masih berlanjut dari awal-awal berdirinya Brajamusti yaitu dengan dipakainya markas Hooligans Balai kampung Mangkukusuman sebagai tempat rapat-rapat brajamusti dan rumah Presiden Brajamusti sebagai sekretariat Brajamusti di jalan sutomo 14 Jogja. Seiring perkembangan waktu laskar Hooligans ikut aktif dalam acara-acara yang diadakan oleh Brajamusti seperti tour, kegiatan sosial, aktif kepengurusan DPP dll.
Pada Tahun ke- enam perjalanan panjang Laskar Hooligans, berita yang sangat menyesak kan muncul ke permukaan, Bahwa pada saat itu PSS Sleman ber HomeBase di Mandala krida, setiap pertandingan PSS Jl. Gayam selalu di lewati simpatisan berseragam hijau slemania, itulah yang membuat kami sedikit gerah, dalam suatu waktu di saat pertandingan PSS Vs Persib Bandung di mandala krida, Di kumpulkanlah supporter Bola se area JOGLOSEMAR, dengan maksut ingin mengadakan ikrar damai di mandala krida, Di sana para Pengurus Brajamusti dan sebagian pengurus hooligans tidak di sambut baik oleh para pengurus slemania dan slemania, merasa tidak di “uwongke” pengurus Hooligans dan para pengurus Brajamusti ingin meminta klarifikasi, tapi apa lacur, Hooligans dan para pengurus Brajamusti malah di lempari air mineral oleh slemania di tribun barat, dan tetap di lempari sampai Hooligans dan Brajamusti keluar stadion, dengan Amarah yang sedang di puncak karena merasa di lecehkan, terjadilah insiden bersejarah itu, Sweping Kaos Hijau di Mandala dan di seputaran Jogja, memakan banyak korban luka – luka dan banyak motor di rusak di seputaran Gayam atau lebih dikenal dengan sebutan "Tragedi Gayam" , dan menurut kabar insiden terjadi hingga Tegal Rejo, Badran dan Jlagran.
Pada Tahun ke- Tujuh, PSIM jogja mendapat tiket playoff di promosi degradasi di stadion manahan solo, dengan gagah berani bersama 10.000 warga jogja pandemen PSIM mengawal PSIM di sana, pada saat pertandingan melawan PERSIB bandung terjadi kekacauan yang luar biasa gila, Brajamusti Di lempari batu oleh Pasoepati, padahal kita tahu sendiri PSIM di sana melawan PERSIB bandung, apa karena tabiat orang solo yang gak pernah punya team sendiri untuk di dukung sehingga meraka mendukung Persib bandung atau hanya keinginan meraka balas dendam masalah kejadian mandala..?? belasan Bus baker pecah kaca, sempat terjadi perang batu juga di stasiun purwosari, kaca kaca manahan di rusak, puluhan warung nasi di rusak, dan sesampainya di jogja sweeping plat ad kembali beraksi
Tahun kedelapan saat itu akhirnya tiba, setelah sekian lama terbenam di divisi satu, PSIM jogja menjalani partai final divisi 1 melawan PERSIWA wamena di jalak harupat, akhirnya PSIM juara dan promosi ke divisi paling atas liga indonesia, ratusan ribu pendukung PSIM berkonvoi keliling kota untuk berpesta..
Itulah sedikit sejarah tentang Laskar Hooligans yang bermarkas di Gayam, dan mungkin bisa di jadikan Pelajaran Buat teman – teman Brajamusti yang baru bergabung..!!
INGAT! LOYALITAS TERPENTING DALAM MENDUKUNG LASKAR MATARAM ADALAH PADA PSIM BUKAN PADA WADAH SUPORTERNYA.
salam, met bloed zweet en traanen PSIM 1929
MET BLOED ZWEET EN TRAAN!

PSIM JOGJA

Comments